Masjid Merah Panjunan. Dahulu, masjid ini didirikan oleh seseorang bernama Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan. Pangeran Panjunan adalah seorang keturunan arab yang memimpin imigran yang berasal dari Baghdad yang kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Semula, Masjid Merah Panjunan bernama mushala Al-Athiya. Karena pagar masjid ini dikelilingi oleh bata merah, maka kemudian Masjid ini lebih dikenal sebagai Masjid Merah Panjunan. Ketika masih menjadi Mushola, luas bangunan Masjid Merah Panjunan hanya seluas 40 m2 namun setelah dibangun menjadi Masjid, luas bangunan Masjid Merah Panjunan adala 150 m2. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan yang berada di kampung Panjunan. Di Kampung Panjunan ini banyak terdapat pengrajin Tembikar atau Jun.
Masjid Merah Panjunan telah berusia sangat tua. Masjid ini telah didirikan sejak tahun 1480. Menurut catatan sejarah, pendirian Masjid Merah Panjunan ini memiliki periode yang sama dengan pendirian Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada didekat Keraton Kasepuhan. Pada Zaman dahulu ketika masjid ini masih menjadi Tajug atau Mushala, bentuk bangunan Masjid ini sangat sederhana karena di lingkungan tersebut merupakan tempat pertemuan antar pedagang yang berasal dari berbagai suku bangsa. Pangeran membangun Masjid merah ini dengan arsitektur perpaduan antara budaya Hindu, Cina dan Islam.
Walaupun yang mendirikan Masjid ini adalah seorang keturunan Arab ditambah di daerah Panjunan ini merupakan tempat keturunan Arab, tapi sangat sediki sekali pengaruh kebudayaan Arab terhadap arsitektur Masjid Merah ini. Mungkin ini sebagai upaya pendekatan secara kultur budaya setempat untuk memudahkan jalan dakwah Islam pada masa itu. Sekilas, bangunan ini tidak mernyerupai Masjid, tapi lebih mirip seperti bangunan Hindu. Namun keberadaan mihrab di Masjid ini membuat Masjid Merah Panjunan selayaknya Masjid pada umumnya. Terlihat pula beberapa tulisan Arab di Dinding masjid ini yang meperkuat arsitektur Islami.
Salah satu yang menjadi ciri khas lain Masjid ini adalah terdapat hiasan keramik buatan cina yang merupakan hadiah dari hasil pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Tan Hong Tien Nio yang merupakan putri dari Tiongkok. Hiasan dinding berupa keramik buatan Tiongkok memang menjadi ciri khas bangunan-bangunan tua bersejarah di Cirebon. Terdapat lima tiang yang terbuat dari kayu menghiasi ruang utama Masjid Merah Panjunan. Sementara keramik yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya Eropa dan China (Tiongkok). Pada bagian mihrab juga dihiasi dengan keramik yang indah. Di Masjid Merah Panjunan tidak terdapat mimbar, karena di Masjid ini tidak dipakai untuk Shalat Jum’at dan Shalat Ied.